Sabtu, 28 Maret 2009

Earth Hour, Evektif kah di Indonesia?


Earth Hour, Evektif kah di Indonesia?


Beberapa minggu terakhir saya mendapatkan banyak sekali email, sms maupun offline message dari ym saya. Semua isi pesannya hampir bernada sama: mengajak saya untuk mengikuti sebuah gerakan bernama “Earth Hour” .

Awalnya saya sedikit kebingungan dengan istilah “ Earth Hour”, apa ya itu? Terlebih saat saya melihat iklan gerakan Earth hour di Tv, beberapa artis mengajak seluruh warga Indonesia untuk mematikan lampu selama 1 jam.

Sebuah email yang datang dari rekan saya akhirnya menjawab kebingungan saya. Di dalam emailnya, dia menjelaskan semuanya tentang apa itu gerakan Earth Hour. Dan dari situlah saya mengerti sedikit demi sedikit mengenai gerakan ini.

Gerakan Earth Hour pertama kali di selenggarakan pada tahun 2007. Tepatnya tanggal 31 Maret di kota Sidney. Sidney bekerja sama dengan WWF untuk mengatasi permasalahan global warming dengan memadamkan listrik di kota mereka selama 1 jam. Gerakan yang hanya dilakukan oleh satu kota tersebut ternyata menyedot perhatian berbagai Negara. Dan akhirnya, pada tahun 2008 beberapa kota besar lainnya turut serta berpartisipasi dalam gerakan ini, seperti Roma, New York, Toronto, San Fransisco bahkan Manila.

Tahun 2009, kampanye untuk mematikan lampu selama satu jam jatuh pada tanggal 28 Maret kemarin. Tepatnya pukul 20.30-21.30 WIB, seluruh dunia akan bersama- sama membiarkan bumi beristirahat sejenak. Sekitar 2.848 kota di dunia akan berpartisipasi. Dan tahun ini, Indonesia, mengambil bagian dalam kampanye Earth Hour. Kota Jakarta berpartisipasi mengikuti gerakan ini. Fauzi Bowo, selaku Gubernur DKI Jakarta didaulat WWF untuk menjadi duta Earth Hour. Sejumlah gedung- gedung besar di Jakarta akan mematikan lampu sebagai bentuk partisipasinya. Ada sekitar 50 gedung di kawasan segitiga emas dalam rangka earth Hour 2009, seperti Menara Karya, Menara Kadin, WTC, Hotel Grand Hyatt, simbol kota Jakarta seperti Monas, Patung Selamat Datang di bundaran HI, Patung Pemuda dan Balai Kota Jakarta juga memadamkan lampunya.

Menurut perhitungan kasar WWF, bila Jakarta mematikan lampunya selama satu jam saja, ini akan menghemat 300 megawatt, kapasitas yang cukup untuk mengistirahatkan 1 pembangkit listrik dan sanggup menerangi ratusan desa, mengurangi beban biaya listrik Jakarta sekitar 200 juta, menghasilkan udara bersih ( oksigen) untuk lebih dari 568 orang, mengurangi emisi CO2 sekitar 284 Ton dan dapat menyelamatkan 284 pohon( www.earthhour.wwf.or.id)

Apakah gerakan ini efektiv di Indonesia? Keikutsertaan Kota Jakarta merupakan suatu langkah besar bagi Indonesia, untuk membuktikan Indonesia pun peduli dengan keadaan bumi yang semakin rapuh. Namun ternyata ada juga beberapa pendapat dari masyarakat yang tidak menyetujui gerakan matikan lampu selama 1 jam saja.

Ada teman saya yang memprotes dan mengatakan, “ Bagaimana kalau pada jam tersebut saya membutuhkan listrik untuk bekerja?”, bahkan, saat saya melihat program berita sore di salah satu tv swasta yang menanyakan pendapat masyarakat mengenai gerakan Earth Hour, masyrakat acap kali menjawab, “ Aduh jangan dong”. Malah ada yang lebih parah saat wartawan tv menanyakan pendapat seorang wanita, wanita itu menjawab, “ Ya jangan dong, itu pas Cinta Fitri, kalau dimatiin, saya kan gak bisa nonton.”

Hahhahhahahha, saya langsung spontan tertawa mendengar jawaban polos wanita itu.

Kurangnya pengetahuan masyarakat awam mengenai manfaat mengikuti gerakan Earth Hour ini merupakan salah satu kendalanya. Masyarakat tidak mengetahui betapa berartinya memadamkan lampu walau hanya satu jam saja. Dimulai dari tahun 2007, baru tiga tahun gerakan ini kampanye ini berdiri, merupakan umur yang masih muda dan masih banyak yang harus dilakukan agar masyarakat benar- benar mengerti dan tau maksud dari gerakan anti global warming ini.

Teman saya ada juga yang menyeletuk, “ Kenapa PLN gak sekalian matiin lampunya aja? Lebih efektiv kan? Daripada nunggu kesadaran masing- masing, orang Indonesia mah gak bakalan sadar kalau kayak gituh.”

PLN sendiri sebenarnya mendukung kegiatan ini, contohnya PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang yang bersama dengan Pemda DKI Jakarta turut serta berkampanye 1 jam tanpa listrik di kota Jakarta. Namun pihak PLN tidak akan memutuskan aliran listrik kepada pelanggan.

Aksi Earth Hour dilaksanakan untuk menarik masyarakat agar sadar sepenuhnya untuk mengikuti gerakan ini, bukan karena adanya pemadaman listrik. Gerakan ini mengimbau masyarakat untuk menyelamatkan bumi, planet yang kita hinggapi, dengan kesadaran diri sendiri.

Di beberapa kota lain di Indonesia, tidak terdengar gaungnya untuk berpartisipasi mendukung gerakan ini. Hanya Jakarta lah yang terlihat mematikan lampu di sejumlah gedung- gedung besar. Nampaknya, kegiatan ini masih harus di promosikan lebih gencar lagi agar masyarakat Indonesia mau dengan kesadarannya sendiri mengikuti gerakan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan ini.

Earth Hour memang baru berusia tiga tahun, namun dengan keikutsertaan 2.848 kota di dunia dalam gerakan matikan lampu selama 1 jam, merupakan sebuah langkah besar untuk penyelamatan bumi yang lebih baik. Semoga saja, tahun depan, Earth Hour juga dapat diikuti oleh kota- kota lain di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar